Friday, June 29, 2012

Indonesian Agriculture History


Indonesia, dahulu dikenal dengan julukan Negara agraris. Hal ini, semata – mata bukan karena tanah Indonesia yang kaya dan sangat cocok untuk pertanian, dengan dukungan iklim yang tropis dan tipe tanah yang cocok untuk bertani, tetapi hal ini dikarenakan banyaknya jumlah rakyat Indonesia yang memilih untuk bertani, baik bertani padi, jagung, maupun produk lainnya. Pada saat itu, tepatnya saat Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1984 sebagai Negara agraris, hasil pertaniannya terutama padi dapat mencapai tingkat swasembada pangan, atau produksi beras melebihi tingkat konsumsi rakyat Indonesia. Sehingga meningkatkan kebanggan dan kesejahteraan rakyat, yang disebabkan karena murahnya harga beras dipasaran. Walaupun ada beberapa kontroversi mengenai keaslian data ini, dikarenakan saat itu Indonesia masih melakukan impor beras sebesar 414.300 ton beras (Hermas Effendi Prabowo, Kompas), ini tidak menyebabkan FAO (Food and Agrikulture Organization), memberi penghormatan kepada presiden kala itu, Presiden Soeharto.
Setelah tahun 1984, produksi mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dan titik terparahnya adalah saat tahun 1999, Indonesia harus mengimpor 4.183 ton beras. Walaupun ditahun 2008, Indonesia mencapai swasembada pangan. Tetap saja hal ini sangat disayangkan sekali mengingat potensi Indonesia sebagai Negara penghasil beras sangat tinggi. Selain beras pun, produk pertanian yang lainnya juga mengalami fluktuasi produksinya, terutama pada hasil pertanian yang berupa sayuran.
Berdasarkan hasil penelitian dan statistika FAO di tahun 2010, didapati bahwa produksi cabai, lada mengalami penurunan lebih dari 40.000 ton dibanding tahun 2009. Sedangkan untuk sayuran mengalami penurunan sebesar lebih dari 7.000 ton. Seperti yang disajikan oleh Tabel 1 dibawah. Walaupun banyak faktor yang menyebabkan hal ini, seperti kemarau dan hama, penurunan luas lahan pertanian yang semakin drastis karena digantikan dengan perumahan dan gedung bertingkat, adalah yang menjadi momok masyarakat saat ini.
Kenaikan harga cabai, pada awal tahun 2011 menjadi bukti bahwa sistem pertanian yang menyangkut kepada harga pupuk, harga bibit, kondisi cuaca yang menyebabkan beberapa daerah gagal panen, dan ulah para tengkulak, semakin memperburuk kondisi pertanian di Indonesia. Pada saat itu, harga cabai melambung dua kali lipat hingga Rp.100.000,- per kilogramnya. Sedangkan harga beli para tengkulak tersebut dari petani tersebut, menurut observasi yang dilakukan di Cibodas pada bulan Mei 2011, hanya Rp. 20.000,- per kilogramnya.
Kenaikan harga, yang diakibatkan karena kelangkaan atau gagal panen suatu produk pertanian semacam itu, seharusnya tidak perlu terjadi, mengingat banyak daerah lain yang dapat menutup kekurangan pasokan daerah yang terjadi kelangkaan. Tetapi, karena harga awal hasil pertanian dan alur distribusinya ditentukan oleh para tengkulak, harga dapat berubah naik atau turun tergantung keinginan mereka, dan berdasarkan analisa resiko yang mereka lakukan.
Kenaikan seperti ini, merupakan bencana bagi rakyat yang tingkat ekonominya rendah, karena kenaikan suatu produk pertanian dapat berimbas kepada naiknya harga benda maupun produk yang terkait. Misalnya dengan kenaikan harga cabai, maka yang dapat terkena imbasnya adalah para restoran atau rumah makan yang mengunggulkan produk makanan mereka yang mengutamakan kepedasan dari makanan tersebut.
Padahal, swasembada beras pada tahun 2008 yang dibanggakan pemerintah, tidak dapat mengatasi krisis pangan di daerah NTT, yang menyebabkan banyaknya penderita busung lapar. Jika kita hubungkan dengan peristiwa kelangkaan dan manipulasi stok barang atau produk pertanian yang dilakukan beberapa oknum, dapat menyebabkan bencana kelaparan ataupun ketidakstabilan harga dimana – mana.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat Negara Indonesia yang berasaskan Pancasila, yang mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Jika pemerintah daerah mulai ikut mengawasi dan memantau alurnya, maka kejadian kelangkaan dan kenaikan harga yang tinggi tentu tidak perlu terjadi. Belum lagi, jika fungsi dari setiap KUD (Koperasi Unit Desa) dapat dioptimalkan dan diaktifkan kembali.
Kestabilan harga yang diinginkan akan dapat terjadi, dengan pemaksimalan setiap agen pemerintahan dan petani itu sendiri, sebagai pengendali harga dan peningkat nilai jual dari suatu produk pertanian. Dan dengan koordinasi serta perencanaan alur material yang jelas, beserta analisis resiko yang menyeluruh, maka kemungkinan produk pertanian yang cenderung mudah busuk seperti selada dan tomat dapat diminimalisir. Dan akibatnya, jelas didapat keuntungan yang maksimal pula.
Tetapi masalah lainnya pun muncul. Ketika suatu alur sistem telah diperbaiki, sedangkan motor penggeraknya tidak ada, maka kemacetan dan ketidakstabilan pun kembali terjadi. Inilah yang terjadi di sektor pertanian Negara ini. Dimana generasi muda yang nantinya akan melanjutnya tradisi atau budaya bertani ini, mulai kehilangan minatnya dan tentu mulai bergeserlah kebudayaan bertani tersebut menjadi kebudayaan menjadi buruh pabrik yang jelas tiap bulannya mendapatkan gaji sesuai UMR (Upah Minimum Regional), ataupun menjadi kebudayaan berdagang yang jelas memiliki skala resiko lebih kecil dibandingkan bertani.
Perubahan budaya ini jelas terlihat, dimana beberapa daerah industri seperti Bekasi, Karawang dan Cikarang, menjadi tujuan utama bagi pemuda maupun  pemudi yang ingin berurbanisasi. Peristiwa ini didominasi, para lulusan SMA atau yang sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Dan jelas pula, bahwa daerah Bekasi dan Karawang yang dahulu menjadi penghasil beras tertinggi mulai bergeser menjadi daerah industri.
Hal ini menjadi sangat berlawanan. Ketika tingkat konsumsi masyarakat Indonesia meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduknya, berbanding terbalik dengan luas lahan pertanian dan tingkat ketertarikan pemuda Indonesia di bidang pertanian. Belum lagi persaingan di pasar global yang harus dihadapi produk lokal. Sehingga tidak jarang perang harga yang dilakukan memenangkan pihak asing, yang dapat meningkatkan kegiatan impor yang berimbas kepada matinya produksi lokal.
Kebijakan pemerintah disini, menjadi suatu nilai yang penting untuk menjaga produksi lokal tetap hidup. Jika saja pemerintah mampu menjaga kestabilan arus material dengan metode rantai pasok, yang menyediakan arus material antar daerah dengan segala pengawasannya, maka produksi lokal dapat terus hidup untuk memenuhi pasokan kebutuhan dalam negeri. Dan dengan sedikit stimulant dari pemerintah berupa penaikan harga beli oleh pemerintah kepada petani, maka bukanlah suatu hal yang tidak mungkin bahwa para pemuda akan memilih menjadi petani, yang berarti keseimbangan atau kestabilan produksi pertanian akan kembali. Dan harga sayuran serta bahan pokok lainnya pun mengikuti kestabilannya. Dan jelas sekali ini seperti yang diharapkan para pendiri bangsa ini, yaitu memakmurkan dan mensejahterakan rakyat Indonesia yang tercantum pada Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.

Sistem Pembuatan Dokumen Online


In my study, in Project Minor, i've design and analyze, an Information System that can be used by Indonesian Government, especially in Kelurahan and Kecamatan. It based in a study case in a Kelurahan at Tangerang Selatan.

Sistem Pembuatan Dokumen Online (SPDO), merupakan sistem informasi berbasis web yang digunakan untuk membantu masyarakat dalam pembuatan dokumen resmi yang membutuhkan persetujuan dari kelurahan dimana masyarakat itu tinggal. Sistem ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk masyarakat yang memiliki aktivitas yang tinggi yang tidak dapat melakukan permohonan surat resmi kepada pihak kelurahan dan memerlukan surat tersebut untuk waktu yang mendesak. Terlebih kekurangan yang dianggap merepotkan para masyarakat dalam mengajukan permohonan surat adalah waktu operasional dari kelurahan yang berkisar antara delapan sampai sepuluh jam dalam sehari, belum lagi jika dalam seminggu terdapat banyak hari libur, padahal kebutuhan akan surat itu sangat mendesak adanya.
Dengan menggunakan sistem ini, masyarakat dapat melakukan permohonan surat resmi kepada kelurahan, kapan saja dan dimana saja asal dia terdaftar sebagai warga kelurahan tersebut di database kelurahan, ditambah dengan pemberlakuan e – KTP yang dapat mempermudah memperoleh data warga secara digital dan tidak mungkin ada redudansi, sehingga tindak kecurangan dan penipuan terhadap permintaan dokumen bisa diminimalisir. Adapun keuntungan lainnya dari pemberlakuan sistem ini yaitu, mempermudah pengarsipan arus keluar masuknya surat dan mempermudah pemantauan, kebutuhan surat resmi setiap warga dikelurahan tersebut. Tetapi sistem ini, belum dapat menangani semua permintaan surat resmi, karena beberapa jenis surat resmi perlu adanya pemerikasaan dokumen – dokumen terkait yang harus diserahkan secara langsung, seperti pengajuan akta jual – beli tanah, pembuatan surat nikah, dan surat kematian. Sistem ini, baru bisa mengatasi permohonan surat untuk Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB/SKCK), Surat Keterangan Tidak Mampu, Surat ijin keramaian, dan pembuatan KTP baru bagi warga yang telah cukup umur dan telah terdaftar sebagai warga kelurahan tersebut. Tetapi dalam pengoperasiannya, sistem ini mampu secara baik dalam melayani kebutuhan akan surat resmi dari kelurahan 24 jam non – stop selama seminggu penuh.   

Manajemen Rantai Pasok Berbasis Web pada Agroindustri di Indonesia


Pengaplikasian manajemen rantai pasok berbasis web pada agroindustri, digunakan untuk membantu terjaga alur material dari produk agroindustri tersebut dan mengurangi resiko kerusakan dari sayuran tersebut yang merupakan barang yang mudah rusak dan busuk. Hal ini dapat berhasil dengan melakukan pemetaan potensi keberhasilan panen berdasarkan jenis hasil pertanian beserta jumlahnya dalam satuan ton. Jika telah diketahui potensinya, maka kita menentukan atau mencari tingkat konsumsi sayuran per jenisnya pada tiap wilayah. Berdasarkan data sebelumnya, maka system akan membuat analisa pasokan yang harus dilakukan bersama alur materialnya sesuai dengan jumlah permintaan per daerah.
Karena banyak daerah yang perlu dipasok dan banyak pula jumlah pemasoknya, perlu dilakukan suatu perencanaan sehingga stok barang tidak ada yang tertumpuk di satu tempat saja dan mengakibatkan tempat lainnya mengalami kekosongan. Sehingga mengakibatkan barang yang disimpan berlebih tersebut, banyak yang rusak dan tidak bisa dijual. Dan terjadi kenaikan harga yang tinggi karena adanya bagian yang yang mengalami kelangkaan terhadap produk tersebut.
Pada kasus agroindustri, perencanaan pemenuhan pasokan, dimulai dari tingkat yang paling awal yaitu petani. Dengan memaksimalkan fungsi dari KUD di setiap desa, maka KUD berperan sebagai pengumpul bahan baku dan sekaligus sebagai pemasok. Saat di KUD, hasil tani yang dikumpulkan dari petani akan dilakukan penyeleksian, dimana penyeleksian ini digunakan untuk mengelompokkan setiap jenis produk berdasarkan kualitasnya. Pembagian kualitas terbagi menjadi Indukan, Super, Baik dan Kurang.
Setelah diseleksi, maka produk tersebut pun akan diantar kepada pasar untuk hasil tani yang berkualitas Baik dan Kurang atau tempat pemrosesan bagi yang berkualitas Super, sedangkan yang indukan akan digunakan lagi untuk proses pembibitan supaya hasil pertaniannya maksimal. Produk tani yang berkualitas Super tersebut, hanya akan dikirim setelah adanya kesepakatan yang dilakukan sebelum masa panen tiba. Sedangkan yang berkualitas Baik dan Kurang akan dikirim ke pasar sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut, hal ini dilakukan supaya tidak ada sayuran yang menumpuk karena kelebihan pasokan. Sedangkan sisanya, akan dikirimkan ke pasar lainnya sesuai permintaan dan analisa yang dilakukan dengan Manajemen Rantai Pasok berbasis web yang dijalankan disetiap KUD.
Produk tani yang berkualitas Super, setelah melalui proses pengemasan atau proses lainnya yang berkaitan dengan peningkatan nilai jual dari produk tersebut akan ditawarkan kepada Supermarket atau pasar modern atau juga restoran yang bekerja sama dengan pihak penyuplai. Sistem yang digunakan dalam proses pembayarannya adalah konsiniasi, dimana barang atau produk hanya akan dibayar setelah barang itu laku terjual, sedangkan jika barang tidak laku dan busuk, itu dijadikan sebagai resiko dari penjual atau dalam kata lain kerugian ditanggung oleh penjual sepenuhnya.
Peranan Manajemen Rantai Pasok berbasis web disini hanya berkisar terhadap menjaga alur material dari produk dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia dan menjaga kualitas sampainya barang atau produk hingga ke tangan konsumen. Dengan melakukan perencanaan pasokan produk berdasarkan permintaan dan kebutuhan pasar sehingga tidak adanya penimbunan persediaan produk sayuran atau pertanian. Dan peringkasan waktu proses yang telah direncanakan sebelum masa panen, dapat menjaga kualitas produk pertanian yang memiliki kelemahan cepat busuk.
Maka aspek lain yang berkaitan dengan peningkatan nilai maupun daya saing produk dipasaran akan diantisipasi oleh adanya value chain, atau rantai nilai yang membahas tentang bagaimana suatu produksi dan usaha yang harus dilakukan sehingga permintaan tetap berjalan dengan baik dalam pemenuhannya. Proses ini dimulai dari tahap pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh produsen atau pasar yang berasal dari KUD. Dalam usaha peningkatan tersebut, sudah pasti, startegi pemasaran menjadi aspek yang sangat vital dalam menjual atau memasarkan produk yang tentunya perlu didukung dengan kualitas dan pengemasan yang menarik.
Sehingga manajemen rantai pasok berperan dalam pemenuhan pasokan dan menjaga alur materialnya, dan dengan ditambah pengaplikasian rantai nilai, yang meningkatkan kualitas dan nilai produk tersebut sehingga dapat dipastikan dengan pengaplikasian system ini pada konsep Negara, akan tercipta kestabilan harga dan standarisasi kualitas yang baik dalam produk konsumsi manusia, terutama pada bidang pertanian.
Dengan berdasarkan analisis terhadap faktor pendukung peningkatan produksi pertanian seperti luas lahan, kondisi cuaca, kestabilan harga pupuk dan bibit, dan juga kondisi harga pasar mengenai tingkat pembelian terendah dari petani. Didapati kondisi lahan pertanian yang semakin kecil, memaksa pemaksimalan teknologi pangan dengan menggunakan rekayasa genetika, untuk menghasilkan suatu produk bibit unggul yang tahan hama, kuat dengan berbagai kondisi cuaca, dan cepat panen dengan hasil yang berlipat. Adapun aspek harga pembelian terendah dan harga pupuk, juga sangat berpengaruh terhadap semangat petani dalam meningkatkan usaha mereka terlebih jika dinaikkannya harga beli tersebut, hal ini terbukti pada tahun 2008 ketika Indonesia mencapai swasembada pangan.
Adapun analisis yang dilakukan berdasarkan pemetaan produk hasil pertanian dan perkebunan, menghasilkan suatu informasi, bahwa keberagaman pangan dan produk pertanian disetiap daerah dapat mempengaruhi budaya maupun ketertarikan petani dalam menggarap lahannya. Dengan dihubungkan terhadap kondisi iklim dan jenis tanah di Indonesia didapati bahwa, hasil pertanian yang beragam memungkinkan pemenuhan kebutuhan hasil pertanian dengan mudah jika, faktor lingkungan tidak menjadi faktor  kegagalan dari hasil panen didaerah penghasil produk pertanian pokok terbesar atau dominan.

Peranan sistem informasi manajemen rantai pasok pada pengefektifan dan pengefisiensian perencanaan transportasi dalam suatu rantai pasok yang terintegrasi


Seperti yang dikatakan Manjunath (2010), bahwa informasi menjadi sebuah komoditi, dimana dengan adanya aliran informasi ini dapat diketahui keberadaan dan kualitas dari suatu barang tanpa kita harus melihat maupun mengikuti proses pendistribusian barang, dan lebih baiknya lagi, kita dapat memastikan ketepatan waktu dari pengiriman, dengan menggunakan tenaga yang lebih sedikit dan biaya yang lebih sedikit pula dengan kualitas informasi yang beaik. Sehingga perusahaan dapat melakukan perencanaan dan menyajikan alternatif penyelesaian masalah dengan lebih mudah berdasarkan pencatatan informasi yang terekam dari aktivitas pengiriman barang tersebut. Dari sini pula dapat dilakukan sebuah simulasi nyata untuk membandingkan tipe moda transportasi apa yang paling efektif untuk melalui suatu medan tertentu.
Dengan menggunakan manajemen rantai pasok berbasis web, maka data hasil dari pengiriman dan proses yang terjadi dapat disimpan dan dijadikan suatu pengetahuan khusus pada proses bisnis, dimana ketika proses bisnis yang dijalani perusahaan menghadapi permasalahan yang serupa maka perusahaan dapat menangani masalah tersebut dengan cepat dan lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga perusahaan dapat meluangkan waktu lebih untuk memaksimalkan fungsi kerja dari perusahaannya dalam rangka meningkatkan pelayanan dan produksi dalam rangka totalitas dan komitmen meningkatkan kualitas produk dan kerja perusahaan di mata konsumen dan mata dunia.
Ada banyak metode, model, dan perangkat yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahn pemilihan rute maupun aspek lainnya yang berkaitan dengan perencanaan transportasi untuk menyajikan produk tepat waktu dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh konsumen. Adapun contoh dari beberapa metode tersebut adalah fuzzy AHP, fuzzy logic, fuzzy ant colony optimization dan model kecerdasan generic (Ditdit et al, 2012).  Dimana kesemua metode ditujukan untuk menciptakan kesempurnaan proses pendistribusian menurut rute yang baik dengan mempertimbangkan beberapa variabel untuk mendapatkan pendistribusian dengan jumlah yang tepat dan waktu yang tepat.
Walaupun perencanaan yang dibuat sangat baik, tetapi perencanaan tersebut tidak akan mudah untuk dilakukan tanpa bantuan dan keikutsertaan pemerintah dalam memberikan bantuan berupa infrastruktur yang baik dan jaringan yang baik, dalam rangka meningkatkan kualitas aliran informasi dan material dalam aliran rantai pasok seperti pada gambar 2.

 
Rancangan yang terdapat pada  gambar tersebut merupakan salah satu bentuk perencanaan pemerintah Indonesia yang akan dikembangkan dalam rangka menaikkan keterhubungan antar pasar dan aliran informasi. Dan jika keterhubungan ini berhasil dijalin, maka bukanlah suatu ketidak mungkinan jika di Indonesia ini, dengan penerapan perencanaan transportasi dan komunikasi yang baik, dapat mengangkat potensi daerah terpencil yang masih sulit untuk memenuhi kebutuhan dirinya secara stabil .
Selain menggunakan beberapa model  algoritma dalam menyelesaikan permasalahan perencanaan distribusi dan membaca kebutuhan pasar. Ada perangkat lain yang dapat membantu kerja dari sistem yang disebut dengan Computer Aided Routing and Scheduling (CARS), yang digunakan untuk menjawab permasalahan penjadwalan dan rute kendaraan. CARS diharapkan dapat menghadapi dan memecahkan masalah perusahaan dengan diikuti munculnya hal–hal seperti, menyediakan tingkat fleksibilitas yang tinggi terhadap berbagai kebutuhan logistik, menghasilkan suatu algoritma yang dapat memotong arus dan meningkatkan efisiensi, tampilan grafis yang bagus untuk membantu memecahkan masalah dan mendapatkan hasil terbaik, dan fleksibilitas dalam mengintegrasikan semua klien dengan pemaksimalan algoritma (Modares, 2009). 
Dengan memaksimalkan kekuatan dari informasi dan data, menggunakan sebuah sistem informasi atau manajemen rantai pasok berbasis web, diharapkan perusahaan dalam mengatasi permasalahan dan rintangan dalam melakukan proses pendistribusian di Indonesia dapat dilakukan secara tepat dan maksimal demi mempertahankan pelayanan perusahaan dan kepuasan dari masyarakat. Dan dalam konteks besarnya, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan fasilitas infrastruktur jalan maupun tempat umum yang berkaitan terhadap proses distribusi seperti, pelabuhan dan bandara udara. Sehingga Indonesia dapat menjamin proses distribusi dari segi regulasi, infrastruktur jaringan, serta lalu lintas yang memudahkan perusahaan untuk saling terintegrasi dengan para pemasok dan konsumen.  

Analisa Critical Success Factors pada Transportation Planning Rantai Pasok di dalam Negara Kepulauan


Indonesia, sebagai Negara kepulauan dipandang dari segi aliran rantai pasok, dapat dikatakan sebagai sebuah gambaran kecil dari keadaan aliran rantai pasok yang terjadi secara global. Pada Negara kepulauan, aliran rantai pasok yang terjadi sangat kompleks, dengan beragam jenis produk yang harus didistribusikan, jenis rute yang harus dilalui, kondisi cuaca, kondisi infrastruktur yang dihadapi, dan tenggat waktu yang harus dihadapi, pemasok atau distributor diharuskan tetap mendistribusikan produknya tepat waktu sesuai jadwal dan kualitas yang dijanjikan.  Sehingga pemasok harus dengan cepat dan tepat dalam menentukan strategi pengiriman demi menjaga kepercayaan konsumen sebagai suatu nilai kompetitif perusahaan.
Faktanya, di Indonesia tepatnya setiap menjelang hari raya Idul Fitri, pelabuhan seperti pelabuhan Merak selalu mengalami antrian yang sangat panjang yang dapat menciptakan kegagalan pemenuhan pasokan produk dari pulau Jawa menuju pulau Sumatera. Sedangkan pada pelabuhan Tanjung Perak umumnya terjadi kemacetan atau antrian panjang untuk menyeberang seminggu setelah hari raya Idul Fitri, dimana warga Madura yang merantau keluar pulau Madura kembali ke kampong halaman secara serempak. Disini kita temukan bahwa permasalahan mengenai distribusi tidak hanya terjadi karena faktor yang telah dijelaskan di atas, tetapi juga karena adanya faktor budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan trasportasi barang ini, tentu diperlukan persiapan, perancangan, dan pengaplikasian strategi yang didasarkan pada pengalaman dan pola perubahan masyarakat. Negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau mengharuskan pemasok dalam melakukan proses pendistribusian produk dalam skala besar, untuk menggunakan transportasi laut atau kapal ferry yang tentunya akan berlabuh di pelabuhan-pelabuhan di berbagai pulau yang menjadi tujuannya. Indonesia sebagai sebuah Negara yang menaungi seluruh industri dalam negeri diharapkan dapat menyediakan infrastruktur yang baik dan memenuhi standar pelayanan, khusunya pelabuhan, dalam rangka menjaga aliran pasok dari setiap industri dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia dan mencegah kelangkaan yang dapat berdampak pada kenaikan harga barang seperti gambar 1.

 
Dengan pengembangan infrastruktur yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia, diharapkan pemasok dan industri di Indonesia dapat meningkatkan aliran pasok barang yang dapat datang dari seluruh penjuru Indonesia dan menuju ke seluruh penjuru Indonesia juga. Sehingga diharapkan terjadinya perdagangan konsep global dalam Indonesia. Dimana terjadi pergerakan dari aliran barang sangat luas dan kompleks dalam rangka pemenuhan kebutuhan dari masyarakat Indonesia dan meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan semaksimal mungkin.
Manajemen permintaan disini memiliki peranan yang penting. Proses pengiriman dan pengembalian yang rentan terhadap efektifitas dan efisiensi pengeluaran perusahaan, dimana ketika barang yang dikirimkan berjumlah sedikit atau tidak memenuhi kapasitas muatan sebuah truk, sehingga perusahaan harus menerima kerugian sebesar kosongnya kapasitas kosong dari barang yang akan dikirim tersebut.  Dengan menerapkan manajemen permintaan, perusahaan memungkinkan untuk dapat memperkirakan apa yang akan terjadi dengan produknya di masa depan.  Manajemen permintaan yang diintegrasikan dengan Customer Relationship Management (CRM), manajemen pemasaran, dan manajemen resiko, diharapkan dapat mengetahui bullwhip effect yang terjadi pada sebuah rantai pasok. Dimana berdasarkan pola pembelian konsumen yang telah terekam pada basis data perusahaan selama beberapa tahun kebelakang yang dapat menyajikan perkiraan permintaan di masa depan dengan menggunakan metode peramalan kuantitatif, seperti rata-rata bergerak, penghalusan eksponensial ataupun metode kualitatis seperti pendapat para tenaga penjual dan tenaga ahli. 
Berdasarkan faktor kritis keberhasilan yang dijelaskan nampak bahwa perencanaan penggunaan inter modal sebagai suatu aspek penting yang harus diperhatikan dalam rangka meningkatkan keefektifan dan keefisiensian dari suatu proses distribusi terutama dalam hal waktu dan biaya. Sehingga merupakan kebijakan yang sangat baik jika kita merencanakan penggunaan transportrasi yang efektif untuk menghadapi segala resiko pendistribusian dan dimanakah titik pertukaran antar moda yang paling efektif, demi mendapatkan suatu formula kombinasi antar moda transportasi yang dapat menekan biaya sekecil mungkin dengan ketepatan waktu yang semaksimal mungkin. Jika hal ini telah terpenuhi maka bukan menjadi hal yang mustahil untuk mencapai kesuksesan perusahaan dalam mengusai pasar di seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan formula kombinasi tersebut sebagai nilai kompetitif terhadap perusahaan lainnya.